Tertikam tajamnya belati, merobek,
menusuk, karatan membekaskan luka hina menyiksa, muak akan dengusan suara
merdu, menancap delam bagai serpihan kaca, birsinar, menyilaukan, menyakitkan,
mengancam kejam hati yang tertusuk duri, memudar, membekaskan tinta hitam
kekacauan,
anugrah tak berarti, syair pujian terdengar bagai hinaan, guratan senyum bodoh untuk mereka para pembangkang, bukan dosa untuk surga, hanya pahala mereka pertaruhkan demi harta, menindas, mengurung, merantai semua yang patut di bebaskan, muak menjadi budak para manusia, dicabik taring halus yang terasa lembut tapi menyakitkan, para serigala hanya seperti ikan dalam gelas, indah, tenang, berwarana, siap terhempas meninggalkan sisik, memuja dunia luar dengan takberdaya, pergi tanpa arah tujuan, gontai, perlahan menembus ketidakpuasan akan diri sendiri, seperti hantu, panas api hanya sedingin air es, keras batu hanya selembut kapas, tancapan pisau tak membekas, tajamnya pedang hanyalah sebuah belaian, kulit tersayat, jantung berdetak dengan diamnya, darah membeku karena panasnya, ribuan hujaman jarum semakin menggariskan bentuk kematian, ilusi fatamorgana menjadi terlihat nyata, ada, tersentuh, tak meninggalkan sedikitpun perasaan, auman murka mulut-mulut pecundang, terdengar bagaikan petikan harpa, umpatan kotor membentuk nada merdu bagi kaumnya, telinga mendengar apa yang seharusnya dilihat, perang tahta emas, manusia hanyalah hewan berakal dan tak punya pikiran, hati hanyalah simbol kemunafikan, tak berguna, bagai hiasan dinding yang berdebu, tak terawat, merasa ada untuk sesuatu yang seharusnya lenyap, kotoran terlihat silau bagai berlian, semua dipertaruhkan hanya untuk diperebutkan, mengharap gelas kosong yang tiba-tiba terisi air mineral, orang-orang idiot menggantikan para penyebar agama, pemerintah tak lebih dari sekedar bayi yang meminta susu, berteriak, berharap, mudah di hancurkan, kotak kardus dijadikan tempat memimpin, melihat kecil mereka yang memujanya, merasa agung dengan ketololannya, lukisan kebohongan, darah sebagai cat, karatnya belati sebagai kuas, kulit sebagai kanvas, tulang sebagai figura, pameran penyiksaan, teriakan pengampunan seperti obralan kebohongan, dongeng yang dijadikan sumber sejarah, beauty and the beast menjadi pedoman, kisah runtut tak beraturan, membaca tak mengerti, melihat tak memahami, cacian dianggap motivasi, tulang rusuk patah tertancap di tanah, tengkorak tak bertuan terlihat indah dengan pasir putih di sekitarnya, palu menghantam, menghancurkan yang lemah, terhimpit sempit di ruang kosong, terabaikan dari keramaian, pergi meninggalakan serpihan tulang, sehalus bubuk mesiu, meledak untuk mengakhiri semuanya, lenyap tanpa bekas, pemakaman tak lebih dari sekedar kebun bunga, terlihat indah bagi yang mengabaikannya.
anugrah tak berarti, syair pujian terdengar bagai hinaan, guratan senyum bodoh untuk mereka para pembangkang, bukan dosa untuk surga, hanya pahala mereka pertaruhkan demi harta, menindas, mengurung, merantai semua yang patut di bebaskan, muak menjadi budak para manusia, dicabik taring halus yang terasa lembut tapi menyakitkan, para serigala hanya seperti ikan dalam gelas, indah, tenang, berwarana, siap terhempas meninggalkan sisik, memuja dunia luar dengan takberdaya, pergi tanpa arah tujuan, gontai, perlahan menembus ketidakpuasan akan diri sendiri, seperti hantu, panas api hanya sedingin air es, keras batu hanya selembut kapas, tancapan pisau tak membekas, tajamnya pedang hanyalah sebuah belaian, kulit tersayat, jantung berdetak dengan diamnya, darah membeku karena panasnya, ribuan hujaman jarum semakin menggariskan bentuk kematian, ilusi fatamorgana menjadi terlihat nyata, ada, tersentuh, tak meninggalkan sedikitpun perasaan, auman murka mulut-mulut pecundang, terdengar bagaikan petikan harpa, umpatan kotor membentuk nada merdu bagi kaumnya, telinga mendengar apa yang seharusnya dilihat, perang tahta emas, manusia hanyalah hewan berakal dan tak punya pikiran, hati hanyalah simbol kemunafikan, tak berguna, bagai hiasan dinding yang berdebu, tak terawat, merasa ada untuk sesuatu yang seharusnya lenyap, kotoran terlihat silau bagai berlian, semua dipertaruhkan hanya untuk diperebutkan, mengharap gelas kosong yang tiba-tiba terisi air mineral, orang-orang idiot menggantikan para penyebar agama, pemerintah tak lebih dari sekedar bayi yang meminta susu, berteriak, berharap, mudah di hancurkan, kotak kardus dijadikan tempat memimpin, melihat kecil mereka yang memujanya, merasa agung dengan ketololannya, lukisan kebohongan, darah sebagai cat, karatnya belati sebagai kuas, kulit sebagai kanvas, tulang sebagai figura, pameran penyiksaan, teriakan pengampunan seperti obralan kebohongan, dongeng yang dijadikan sumber sejarah, beauty and the beast menjadi pedoman, kisah runtut tak beraturan, membaca tak mengerti, melihat tak memahami, cacian dianggap motivasi, tulang rusuk patah tertancap di tanah, tengkorak tak bertuan terlihat indah dengan pasir putih di sekitarnya, palu menghantam, menghancurkan yang lemah, terhimpit sempit di ruang kosong, terabaikan dari keramaian, pergi meninggalakan serpihan tulang, sehalus bubuk mesiu, meledak untuk mengakhiri semuanya, lenyap tanpa bekas, pemakaman tak lebih dari sekedar kebun bunga, terlihat indah bagi yang mengabaikannya.
potongan kata-katamu yang menampar, membanting.
BalasHapus